30 Oktober 2009

TIDAK MAU MENGALAH




Seorang anak lelaki disuruh ayahnya pergi ke kota untuk membeli tepung roti. Anak lelaki itu segera berangkat berjalan kaki. Jarak antara desa tempat tinggalnya dan kota cukup jauh juga. Di perjalanan ia harus melewati sebuah jembatan kecil.
Kini ia tiba di ujung jembatan kecil itu. Di seberang jalan ia melihat seorang anak lelaki lain yang berjalan ke arahnya. Mereka berdua sama-sama berjalan di jalur yang sama. Hingga tepat di tengah-tengah jembatan itu mereka saling berhadap-hadapan. Keduanya berhenti dan berpandangan. 
Anak lelaki itu berpikir, "Wah, kurang ajar sekali anak ini. Dia tidak mau mengalah dan memberikan jalan padaku." Di saat yang sama, anak lelaki lain itu berpikiran hal yang sama, "Seharusnya dia yang mengalah dan memberikan jalan padaku."
 
Lama keduanya saling berdiri di tengah jembatan tanpa ada satu pun yang mau mengalah dan memberikan jalan. Keduanya sama-sama berpikir bahwa "Aku harus berteguh hati dan kuat pendirian." Keduanya saling berpandangan tanpa ada satupun yang berbicara atau bergerak.
Siang pun tiba. Di rumah, ayah dari anak lelaki yang hendak pergi ke kota itu mulai cemas memikirkan mengapa anaknya belum juga kembali. Sang ayah lalu bergegas menyusul anaknya ke kota . Hingga akhirnya ia sampai di jembatan dan melihat ke dua anak lelaki itu saling berdiam dan
berhadap-hadapan. Sang ayah berteriak pada anak lelakinya, "Wahai anakku, mengapa engkau berdiri di situ?"
 
Anak lelakinya menjawab, "Anak lelaki ini menghalangi jalanku. Ia sama sekali tidak mau mengalah. Bagaimana aku bisa berjalan jika ia menutup jalanku?"
Sang ayah mulai kesal. Ia lalu berkata pada anaknya, "Sudahlah anakku, sebaiknya kau minggir dan segera pergi ke kota untuk membeli tepung. Biar ayahmu ini yang berdiri di sini menggantikanmu dan tidak memberikan jalan pada anak lelaki yang tidak tahu diri ini!"

Teguh hati memang boleh. Sesekali mengalah demi tercapainya tujuan bukanlah hal yang tercela. Tetapi bukan berarti lalu kita harus menjadi tembok bagi tercapainya tujuan orang lain bukan?
(Disadur dari: Chinese Wisdom)


26 Oktober 2009

Keselarasan Ibadah Dan Profesi




Oleh : Timotius Hendra Haes

Suatu kali diadakan kunjungan oleh semua pemuka agama, ke sebuah lembaga pemasyarakatan. Para pemuka agama diperlihatkan kegiatan kegiatan yang dilakukan para napi di dalam penjara . Hingga suatu saat salah seorang pemuka agama yang menyaksikan ada seorang napi yang rajin sekali membaca kitab suci , hingga ia penasaran dan bertanya:" Adik di penjara karena apa ya ?". " Saya dipenjara , karena berbuat kriminal pak, mencuri , menodong, merampok " . "Tetapi saya melihat bahwa sebenarnya adik ini, termasuk baik, karena rajin sekali membaca kitab suci . Apakah adik juga selalu beribadah?", tanya sang pemuka agama. " Tentu saja pak, dari sejak kecil saya tak pernah melupakan ibadah sekalipun ?". Sekarang sang pemuka agama menjadi heran . Ia bertanya lagi :" Kalau adik rajin beribadah, mengapa adik melakukan perbuatan kriminal ?". "Oh, jangan salah pak!", katanya seperti menggurui. " Ibadah itu berkaitan dengan agama saya. Tetapi mencuri , menodong dan merampok , itu profesi
saya ".

Saya sendiri waktu mendengar kisah ini dituturkan , seperti "nano nano ", bermacam perasaan timbul seketika, ada perasaan lucu dan geli, tetapi dibagian lain, ada rasa sedih dan bingung juga.

Pertanyaannya adalah :" Apakah benar, bahwa profesi itu memang suatu dunia sendiri yang berbeda dengan ibadah ?" .
Atau pertanyaan lain nya adalah : " Apakah merupakan hal yang bijak, jika kita menempatkan profesi keluar dari ibadah ?" .

Ketika suatu kali saya berdiskusi dengan seorang teman yang pengusaha, maka entah darimana hikmat itu datang , ternyata kami berkesimpulan bahwa banyak sekali " korupsi " yang menjadi budaya di negara kita, bukan semata mata karena kebutuhan keuangan semata mata, tetapi karena penempatan perbuatan ini yang bukan dianggap sebagai suatu dosa.

Sehingga banyak sekali umat beragama yang rajin beribadah, tetapi tetap saja melakukan korupsi . Karena korupsi memang dianggap sebagai profesi saja yang tak ada kaitan dengan urusan agama .
Memang di kalangan atas, perbuatan kriminal semacam mecuri , menodong dan merampok, memang layak dimasukkan dalam daftar dosa . Tetapi untuk korupsi, sepertinya bukan sebuah dosa, tetapi hanya masalah strategi dan teknis pekerjaan
belaka. Korupsi bukan kesalahan tetapi merupakan suatu hasil . Katakanlah hasil dari sebuah lobby yang baik dan berkenan.

Baru tadi pagi saya mendengar di radio , bahwa untuk kasus kasus tahanan korupsi, ada kesulitan untuk menempatkan tahanan pada lapas yang ada, karena semakin banyaknya tahanan tahanan pada kasus korupsi ini.

Sudah saatnya kita memandang profesi itu sebagai bagian dari ibadah, yang harus kita lakukan dengan penuh tanggung jawab dunia maupun akhirat. Sudah saatnya juga kita memahami bahwa korupsi juga sebuah dosa. Sudah saatnya para pemuka agama menyerukan bahwa korupsi itu haram hukumnya. Jadilah orang yang rendah hati & bersahaja! 



22 Oktober 2009

PETANI JAGUNG DAN KEBIASAAN SALING BERBAGI




Seorang petani jagung di suatu desa yang sangat terkenal akan kualitas jagungnya kerap dipuji oleh pembelinya.
Pembeli : Pak saya sangat mengagumi akan kualitas jagung bapak yang luar biasa, setiap kali panen hasilnya selalu sama yaitu kualitas nomor satu.
Petani : Terima kasih atas pujiannya, saya sangat senang mendengar hal ini dari banyak orang yang datang ke tempat kami ini.
Pembeli : Pak apa sih sebenarnya rahasia Bapak yang bisa menghasilkan jagung sebaik ini ?
Petani : Tidak ada rahasia pak, kami di desa ini melakukan hal sama dengan petani lain di desa yang lain dalam hal menanam dan memelihara pohon jagung kami.
Pembeli : Tetapi mengapa di desa ini semua jagung panennya sangat bagus sekali ?
Petani : Mungkin kami selalu berbagi bibit yang baik satu sama lain, kalau saya mempunyai bibit yang baik dalam musim tanam kali ini maka saya akan bagikan bibit tersebut kepada petani yang lain demikian juga kalau petani lain mempunyai bibit yang baik dia akan bagikan kepada saya.
Pembeli : Kenapa harus berbagi bibit yang baik ke petani lain, kenapa bibit tersebut tidak bapak tanam sendiri ?
Petani : Kami tidak boleh egois seperti itu karena kalau saya menanam bibit yang baik sedangkan petani lain menanam bibit yang jelek nanti kalau ada angin maka serbuk sari yang jelek akan menempel ke bibit yang baik dan berakibat hasilnya menjadi jelek semua. Kalau semua menanam bibit yang baik dan kalaupun ada angin dia akan membawa serbuk sari yang baik dan tentu hasil penyerbukan menjadi baik semuanya.
Pembeli : Oh saya baru menyadari saat ini mengapa hasil jagung Bapak begitu bagus demikian juga dengan petani-petani lain di desa ini ternyata jawabannya adalah semangat berbagi yang baik kepada sesama akan menghasilkan buah-buah yang baik pula untuk semuanya.

OK teman, Selamat berbagi kebaikan kepada sesama untuk mendapatkan kebaikan dalam kehidupan ini.


18 Oktober 2009

Tawon dan Keyakinan Untuk Terus Terbang


 

"Menurut suatu teori aerodinamika, tawon besar seharusnya tidak bisa terbang, karena ukuran, berat dan bentuk tubuhnya dibandingkan dengan rentang total sayapnya, terbang itu secara ilmiah mustahil. Tetapi karena tidak tahu apa-apa tentang teori ilmiah toh si tawon besar selalu maju dan terbang saja serta membuat madu setiap harinya. Masa depan bukan saja tampak cerah ketika sikap kita benar, melainkan masa kinipun menjadi jauh lebih nikmat"-J. Maxwell

07 Oktober 2009

Kisah Elang Di Lingkungan Ayam



Seorang petani menemukan sebuah telur di sawahnya, dan ternyata telur yang ditemukannya itu adalah telur burung elang. Namun si petani tersebut tidak menyadarinya. Wah..lumayan nih dapat sebutir telur , bisa untuk tambahan menu makanan hari ini, pikir si petani.
Sesampainya di rumah, petani tersebut urung melakukan niatnya, melihat bentuk telur itu yang agak besar dan berbeda dengan telur ayam biasanya. Akhirnya si petani tersebut menaruh telur elang tersebut di kandang seekor ayam betina di belakang rumahnya untuk dierami.

Hari berganti hari, dan akhirnya telur elang itupun menetas bersama dengan telur- telur ayam lainnya. Masa kanak-kanak elang tersebut dihabiskan dengan anak-anak ayam yang lain. Dan akhirnya tingkah elang tersebut pun seperti layaknya ayam yang lain. Si anak elang menjalani kehidupannya seperti ayam, seperti yang dilakukan sang saudara tirinya, mencari cacing,bermain dengan ayam-ayam.

Hingga suatu saat dia melihat ada seekor burung elang terbang diatas mereka, sang anak elang pun terpana melihat burung elang tersebut terbang bebas diangkasa. “wah enak ya si burung elang bisa terbang bebas”kata si anak elang tersebut, ”jangan mimpi deh,kamu kan ayam nga bisa terbang seperti mereka”kata saudara tiri si elang .

Anak elang tumbuh dewasa. Badannya semakin tegar, sayapnya semakin kokoh, kuat paruhnya semakin tajam, dan kakinya semakin mencengkram. Tapi dia masih saja bertingkah seperti ayam. Dia tidak berani tuk mengepakkan sayapnya, hanya bersedih melihat dirinya berbeda dengan ayam-ayam lainnya dan hanya bisa memandang ke langit memperhatikan burung-burung lain yang terbang. Hingga akhirnya si elang itupun mati tanpa ia bisa mengepakkan sayapnya dan terbang tinggi di angkasa.

—————————-

Sebuah pelajaran yang berharga dari cerita di atas. Tentang diibaratkannya diri kita adalah seekor elang yang sebetulnya mampu untuk terbang, melayang tinggi, dan bermain di angkasa. Hanya tinggal kemauan untuk mencoba mengepakkan sayap, maka kita akan bisa terbang bersama burung-burung yang lain dan malah bisa lebih tinggi kalau kita menyadari bahwa diri kita memiliki kelebihan dan kekuatan untuk melakukan hal itu.

Tapi sayang, kadang-kadang mental kita masih berada jauh dari impian, masih berkutat di dalam lingkungan yang sempit, kuno, dan tidak mau berubah seperti eleng tadi. Untuk keluar mencoba melakukan sesuatu hal yang baru masih belum bisa dan tidak berani melakukannya. Kita masih terkondisikan oleh lingkungan, tanpa mau tahu sebetulnya kita juga bisa menciptakan kondisi lingkungan.

Memang berat menjadi seekor elang di lingkungan ayam, karena memang sudah menjadi kebiasaan, menjadi sebuah tabiat, semua dilakukan atas asas tradisi. Tapi tidak ada salahnya tuk mencoba, tidak ada salahnya tuk bisa berubah. Hidup adalah sebuah alur yang tidak selalu lurus. Ia bergerak dinamis mengikuti arah perkembangan jaman.

Banyak rintangan dan hambatan menjadikan sebuah pelajaran buat kita tuk bisa menghadapinya. Kesabaran tuk belajar mengepakkan sayap secara perlahan-lahan tapi pasti akan menunjukkan jati diri bahwa kita adalah manusia yang diciptakan oleh Allah secara sempurna yang diberikan akal untuk berpikir, tuk bertahan hidup, dan juga tuk bisa merasakan setiap perbedaan dengan perubahan.

Cerita berasal dari :
www.indiaaccesories .com