12 April 2010

Ketika menerima sesuatu yang buruk, ingatlah saat-saat ketika kita menerima yang baik


Arthur Ashe adalah petenis kulit hitam dari Amerika yang memenangkan tiga gelar juara Grand Slam : US Open (1968), Australia Open (1970), dan Wimbledon (1975).


Pada tahun 1979 ia terkena serangan jantung yang mengharuskannya menjalani operasi bypass. Setelah dua kali operasi, bukannya sembuh ia malah harus menghadapi kenyataan pahit, terinfeksi HIV melalui transfusi darah yang ia terima.


Seorang penngemarnya menulis surat kepadanya, "Mengapa Tuhan memilihmu untuk menderita penyakit itu?"

Ashe menjawab, "Di dunia ini ada 50.000.000 orang yang ingin bermain tenis,

Diantaranya 5.000.000 orang yang bisa belajar bermain tenis,

500.000 orang belajar menjadi pemain tenis profesional,

50.000 datang ke arena untuk bertanding,


5.000 mencapai turnamen Grandslam,

50 orang berhasil sampai ke Wimbledon ,

4 orang berlaga di semifinal,

Dan hanya dua orang yg berlaga di final.

Ketika saya menjadi juara dan mengangkat trofi Wimbledon, saya tidak pernah bertanya kepada Tuhan : "Mengapa saya?",

Jadi ketika sekarang saya dalam kesakitan, tidak seharusnya juga saya bertanya kepada Tuhan : "Mengapa saya?"

Sadar atau tidak, kerap kali kita merasa hanya pantas menerima hal-hal baik dalam hidup ini : kesuksesan, karier yang mulus, kebahagiaan dan kesehatan.
Ketika yang kita terima justru sebaliknya : penyakit, kesulitan, penderitaan dan kegagalan, seringkali kita menganggap Tuhan tidak adil. Sehingga kita merasa berhak untuk menggugat Tuhan.

Tetapi tidak demikian. Ashe berbeda dengan kebanyakan orang. Itulah cerminan hidup beriman : tetap teguh dalam pengharapan, walau ada beban hidup yang menekan.

Ketika menerima sesuatu yang buruk, ingatlah saat-saat ketika kita menerima yang baik.
 
 

07 April 2010

Bersyukur atau Mengeluh


Penjual daging melihat seekor anjing ditokonya dan mengusirnya, ..
tapi anjing itu kembali lagi, ia menghampiri anjing itu dan melihat ada catatan dimulutnya : "Tolong sediakan 12 sosis, uangnya dimulut anjing ini. Sipenjual melihat ada uang Rp. 50.000, diambilnya uang itu, ia memasukkan sosis kekantung plastik dan diletakkan dimulut anjing itu.
Sipenjual sgt terkesan.

Kebetulan saat itu waktu tutup toko, ia menutup toko dan mengikuti si anjing yang berjalan ketempat penyeberangan. Si anjing meletakkan plastiknya, melompat dan menekan tombol penyeberangan, kemudian menunggu lampu hijau dan ia menyeberang. Anjing tersebut sampai dihalte bus dan melihat papan informasi kemudian duduk. Sebuah bus datang, si anjing melihat no bus, kemudian kembali duduk. Bus lain datang, yakin bus benar, si anjing naik! Sipenjual kagum mengikuti anjing itu. Akhirnya si anjing berjalan kedepan, ia berdiri dengan kedua kakinya dan menekan tombol agar bus berhenti. Kemudian ia keluar dan berhenti depan rumah serta meletakkan kantung plastik. Kemudian ia membenturkan dirinya kepintu rumah tsb.

Sipenjual melihat seorang pria membuka pintu dan langsung memukuli menendang serta menyumpahi anjing tersebut! Sipenjual berlari untuk menghentikan pria tersebut,

"Apa yg kau lakukan? Anjing ini sangat jenius"...Pria itu menjawab: "Kau bilang anjing ini pintar? Dalam minggu ini sdh 2x anjing ini lupa membawa kunci!!"

Mungkin hal serupa sering terjadi dikehidupan kita. Sesuatu yg bagi kita tidak memuaskan, mungkin sesuatu yang sangat luar biasa bagi orang lain.

Yang membedakan hanyalah seberapa besar penghargaan kita. Pemilik anjing tidak menghargai kemampuan si anjing dan hanya terfokus pada kesalahannya! Sebaliknya, pemilik toko menganggap anjing tersebut luar biasa pintar! Kita tidak menyadari bahwa setiap harinya kita punya 2 pilihan,..hendak mengeluh atas berbagai hal yang kurang memuaskan,.. atau bersyukur atas berbagai karunia yg telah kita terima..?
Semua itu tergantung kita sebagai manusia memandang permasalahan tersebut..

.