Semoga kata yang terserak bisa menjadi secercah cahaya bagi jiwa yang haus makna, dan rentetan kisah bisa menjadi nasihat bagi para pencari kebenaran. Semoga persembahan kecil ini bisa menjadi inspirasi bagi insan yang sedang tumbuh bersiap dan senantiasa berbenah bagi kehidupan yang lebih baik.
30 Juni 2009
Kesempurnaan Manusia
Ada murid yang bertanya pada gurunya.
"Guru, saya tahu bahwa Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna karena hanya manusia yang dikaruniai nafsu, akal dan hati dalam satu tubuh. Yang ingin saya tanyakan, kesempurnaan apalagi yang ada pada manusia?"
Sang guru menjawab,
"Saudaraku, tak perlu kau memikirkan yang terlalu rumit. Karena banyak hal-hal sederhana di sekelilingmu yang bisa menjelaskan pertanyaanmu.
Bukankah Allah berfirman bahwa jika kau ingin mengenalNya, kau harus mengenal dirimu sendiri terlebih dulu.
Lihatlah dirimu. Bukankah Allah meletakkan otak lebih tinggi daripada mata? Itu berarti kau harus lebih banyak berpikir daripada melihat. Berapa banyak ayat yang difirmankan Allah yang menyebutkan bahwa mengapa manusia tidak berpikir, atau menyebutkan bahwa kebesaran Allah hanya dipahami oleh orang yang berakal.
Lihatlah dirimu, mata lebih tinggi daripada telinga. Itu berarti kau harus lebih banyak melihat daripada mendengar. Bukankah banyak ayat yang difirmankan Allah bahwa banyak manusia yang tidak melihat kebesaran Allah. Atau lihatlah langit apakah kau melihat ada retak?
Lihatlah dirimu. Mulutmu terletak lebih rendah daripada telinga. Itu berarti kau harus lebih sedikit berbicara, lebih banyak mendengar. Karena mulut adalah sumber penyakit, baik fisik maupun hati. Lebih baik kau mendengar nasehat orang atau mendengar lantunan ayat suci. Atau gunakanlah mulutmu untuk mengingat Allah, atau membaca ayat suci, atau untuk saling menasehati.
Itulah sebabnya mengapa kepala berada di posisi paling tinggi, dan nafsu berada di posisi paling rendah. Di antaranya ada hati yang bolak-balik antara keburukan dan ketakwaan. Maka gunakanlah hatimu untuk memahami ayat-ayat Allah jika kau ingin menjadi hambaNya yang bertakwa. Maka manakah yang akan kau pilih, berjalan tegak dengan kepala di atas, dengan banyak menggunakan akalmu ataukah berjalan dengan kepala sejajar dengan nafsumu, seperti binatang ternak, karena kau mengutamakan nafsumu daripada akalmu?"
Maka sang penanya pun menunduk dan menyadari bahwa selama ini tak pernah terpikirkan olehnya mengapa kepalanya berada di posisi paling tinggi, dan nafsunya berada di posisi paling rendah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
lumayan....terima kasih artikelnya
BalasHapus