22 Maret 2011

Makna Gambaru Bagi Masyarakat Jepang








Tahukah Anda apa arti GAMBARU?.  Gambaru adalah berjuang mati-matian sampai titik darah penghabisan. Pada praktik sehari-hari bangsa Jepang terbiasa dengan
motto gambattekudasai (ayo berjuang lebih lagi), taihen dakedo, isshoni gambarimashoo (saya tau ini sulit, tapi ayo berjuang bersama-sama), motto motto kenkyuu shitekudasai (ayo bikin penelitian lebih dan lebih lagi).

Gambaru itu bukan hanya sekadar berjuang ala kadarnya lalu cepat menyerah dan malas jika bertemu banyak rintangan, ya udahlah….. ya...berhenti aja.
Menurut kamus bahasa jepang sih, gambaru itu artinya : "doko made mo nintai shite doryoku suru" (bertahan sampai kemana pun juga dan berusaha abis-abisan)
Gambaru itu sendiri, terdiri dari dua karakter yaitu karakter "keras" dan "mengencangkan".

Jadi image yang bisa didapat dari paduan karakter ini adalah "mau sesusah apapun itu persoalan yang dihadapi, kita mesti keras dan terus mengencangkan diri sendiri, agar kita bisa menang atas persoalan itu" (maksudnya jangan manja, tapi anggap semua persoalan itu adalah sebuah kewajaran dalam hidup, namanya hidup emang pada dasarnya susah, jadi jangan berharap gampang, pokoknya bagi bangsa Jepang persoalan hidup hanya bisa dihadapi dengan gambaru, titik.).

Gambaru sebagai falsafah hidup bangsa Jepang mulai diperkenalkan sejak balita mulai si anak mengenal bangku sekolah seperti mengenakan baju di musim dingin mesti yang tipis-tipis biar tidak manja terhadap cuaca dingin, Di dalam sekolah tidak boleh pakai kaos kaki karena kalo telapak kaki langsung kena lantai itu baik untuk kesehatan, sakit-sakit sedikit cuma flu atau demam 37 derajat tidak usah bolos sekolah, tetap dihimbau masuk dari pagi sampai sore, dengan alasan, anak akan kuat menghadapi penyakit jika ia melawan penyakitnya itu sendiri. Sehingga anak-anak di Jepang sering mengucapkan gambare! faitoooo! (…. ayo berjuang, ….. ayo fight!). Pokoknya jangan manja sama masalah deh, gambaru sampe titik darah penghabisan it's a must!

Mari kita belajar manakala bangsa Jepang menghadapi 3 musibah sekaligus tsunami, gempa bumi dengan kekuatan 9.0 dan ancama radiasi nuklir akibat kebocoron PLTN di jepang bagian timur.
Wajar jika kemudian pemerintah dan masyarakat jepang panik kebingungan karena bencana ini. Wajar jika mereka kemudian mulai merasa galau, menangis dan tidak tau mesti berbuat apa.

Bahkan untuk skala bencana sebesar ini, rasanya bisa "dimaafkan" jika stasiun-stasiun TV memasang sedikit musik latar ala lagu-lagu ebiet yang mendayu-dayu, mengeksploitasi kesedihan dan membuat video klip tangisan anak negeri yang berisi wajah-wajah korban bencana yang penuh kepiluan dan tatapan kosong tak punya harapan. Bagaimana tidak, tsunami dan gempa bumi ini benar-benar menyapu habis seluruh kehidupan yang mereka miliki. Sangat wajar jika kemudian mereka tidak punya harapan.

Tapi apa yang terjadi pasca bencana mengerikan ini?

Dari hari pertama bencana, TV Jepang tidak memutar lagu-lagu sedih ala ebiet. Tidak ada rekening dompet bencana alam khas televisi atau media Indonesia. Tidak ada Video klip tangisan anak negeri. Tiga unsur itu (lagu ala ebiet, rekening dompet bencana, video klip tangisan anak negeri), sama sekali tidak disiarkan di TV.
Tapi Inilah yang terlihat di stasiun-stasiun TV Jepang pada saat awal kejadian musibah itu datang:

1. Peringatan pemerintah agar setiap warga tetap waspada

2. Himbauan pemerintah agar seluruh warga jepang bahu membahu menghadapi bencana (termasuk permintaan untuk menghemat listrik agar warga di wilayah tokyo dan tohoku tak lama-lama terkena mati lampu)

3. Permintaan maaf dari pemerintah karena terpaksa harus melakukan pemadaman listrik terencana

4. Tips-tips menghadapi bencana alam

5. nomor telepon call centre bencana alam yang bisa dihubungi 24 jam

6. Pengiriman tim SAR dari setiap perfektur menuju daerah-daerah yang terkena bencana

7. Potret warga dan pemerintah yang bahu membahu menyelamatkan warga yang terkena bencana
8. Pengobaran semangat dari pemerintah yang dibawakan dengan gaya tenang dan tidak emosional : mari berjuang sama-sama menghadapi bencana, mari kita hadapi (government official pake kata norikoeru, yang kalo diterjemahkan secara harafiah : menaiki dan melewati) dengan sepenuh hati

9. Potret para warga yang terkena bencana, yang saling menyemangati :

Suatu ketika ada yang sedang mencari istrinya, dan sudah lama tidak bertemu, air mukanya sudah terlihat galau dan putus asa, tapi tetap tenang dan tidak emosional, seorang nenek-nenek menyemangatinya di tempat pengungsian : gambatte sagasoo! kitto mitsukaru kara. Akiramenai de (ayo kita berjuang cari istri kamu. Pasti ketemu. Jangan menyerah)

Ini negeri yang luar biasa, dengan sumber daya alamnya yang sangat terbatas, negeri yang alamnya keras, tapi bisa maju dan punya mental sekuat baja, karena : falsafah gambaru-nya itu. Dan, gambaru sudah lebih dari cukup untuk menghadapi segala persoalan dalam hidup.

Gambatte Sagasoo!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar