Semoga kata yang terserak bisa menjadi secercah cahaya bagi jiwa yang haus makna, dan rentetan kisah bisa menjadi nasihat bagi para pencari kebenaran. Semoga persembahan kecil ini bisa menjadi inspirasi bagi insan yang sedang tumbuh bersiap dan senantiasa berbenah bagi kehidupan yang lebih baik.
29 Desember 2009
Lelaki Sejati
Ini kisah nyata. Benar-benar terjadi di atas muka bumi. Telah ditulis dengan tinta emas oleh banyak sejarahwan dalam buku-buku mereka. Sebuah kisah nyata tentang lelaki-lelaki sejati di masa Umar bin Khattab ra.
Dimasa Kekhalifahan Umar bin Khattab, ada seorang pemuda yang mengarungi padang pasir untuk menunaikan umrah di Tanah Suci. Pemuda itu tiba di sebuah oasis di pinggir sebuah permukiman penduduk. Ia berhenti dan istirahat. Karena kelelahan pemuda itu tertidur. Ketika pemuda itu tidur , tali pengikat untanya lepas. Dan unta itu, tanpa sepengetahuan pemuda berjalan mencari makan, karena kelaparan.Unta itu masuk kesebuah kebun yang suburtak jauh dari tempat itu. Penjaga kebun itu adalah seorang kakek. Unta itu tak ayal lagi. Karena kelaparan, memakan dan merusak tanaman kebun itu.
Sang kakek berusaha mengusir unta itu. Tapi sang unta itu tidak mau beranjak dari tempatnya. Karena panik dan takut dimarahi tuannya, sang kakek memukul unta itu.Dan atas kehendak Allah, unta itu mati.
Sang kakek semakin panik dan cemas, apalagi pemuda pemilik unta itu terbangun dan mendapati untanya telah mati. Karena tidak ada orang lain selain kakek itu di dekat bangkai unta, pemuda itu berprasangka bahwa kakek tua itulah yang membunuh untanya. Dan kaket itu mengakuinya setelah sang pemuda mengintrogasinya.
Seketika itu sang pemuda marah besar dan gelap mata. Ia memukul kakek itu dengan pemukul yang digunakan untuk memukuli untanya. Dan kakek itu tewas.
Pemuda itu sangat panik dan menyesal ketika mengetahui kekhilafannya. Ia tidak berniat membunuh kakek itu, hanya marah besar. Tiba-tiba datanglah dua pemuda yang tak lain anak sikakek . Mereka terkejut
melihat ayahnya mati dan ditempat itu hanya ada si pemuda. Akhirnya tahulah kedua anak kakek itu,bahwa ayahnya dibunuh oleh sipemuda itu. Mereka lalu menangkap si pemuda dan menyeretnya kehadapan Umar bin Khattab untuk diadili.
Sang pemuda mengakui perbuatannya dan Umar pun menjatuhi hukuman mati ( Qishash) untuk pemuda itu. Namun, sang pemuda minta penangguhan eksekusi hukuman, karena ia harus memberi tahu keluarganya dan
menyelesaikan utangnya yang belum tuntas dikampungnya. Umar pun bersedia mengabulkan permintaaan pemuda itu dengan syarat ada yang bersedia menjadi penjamin pemuda itu.
Pemuda itu cemas dan bingung. Siapa yang mau jadi penjaminnya? ia tidak punya kenalan dan kerabat didaerah itu. Bagaimana mungkin akan ada orang yang bersedia mempertaruhkan nyawanya untuk menjadi penjaminnya. Tiba-tiba ada orang lelaki maju dan berkata kepada Umar, " Wahai Amirul Mu'minin, saya bersedia menjamin pemuda ini." Umar kaget, Ia menatap tajam lelaki itu yang tak lain adalah Abu Dzar Al Ghiffari ra. Umar berkata dengan nada serius, " Abu Dzar, sadarkah kamu dengan resiko kesediaan mu menjadi penjamin pemuda ini?"
Dengan tegas Abu Dzar menjawab,' Ya saya sadar. Saya siap menanggung resikonya."
Umar lalu berkata kepada pemuda itu," Hai anak muda kau telah memiliki penjamin. Sekarang Pulanglah. Selesaikan urusanmu dan segera kembalilah kesini untuk mempertanggung jawabkan perbuatanmu."
Pada hari yang telah ditentukan, masyarakat sudah berkumpul di lokasi pelaksanaan eksekusi hukuman Qishash, Abu Dzar. Hari semakin panas, siang semakin terik, dan pemuda itu belum juga ada tanda-tand datang. Ketika hari memasuki sore, dan pemuda itu belum juga datang., Masyarakat riuh membicarakan kebodohan Abu Dzar yang bersedia menjadi penjamin orang asing yang tidak dikenal. Masyarakat juga cemas, jika sampai matahari tenggelam dan pemuda itu belum juga datang, maka Abu Dzar harus menggantikan pemuda itu untuk dipancung.
Namun, Abu Dzar tetap tenang. Dengan rasa tawakal yang tinggi kepada Allah ia menunggu detik2 matahari semakin dekat keperaduannya. Dan matahari tenggelam, pemuda itu belum datang. Maka eksekusi harus
dijalankan. Dengan tenang Abu Dzar maju ketempat eksekusi. Algojo disiapkan. Banyak yang menangis melihata Abu Dzar siap dihukum mati untuk dosa yang tidak dilakukannya.
Dan, ketika algojo sudah mengangkat tangannya dengan pedang terhunus siap ditebaskan ke leher Abu Dzar, seorang penduduk berteriak. Ia melihat di kejahuan ada bayangan dan kepulan debu. Ada yang datang.
Ia meminta ditunggu sebentar sampai jelas siapa yang datang. Semua menoleh kebayangan itu termasuk Umar bin Khatab ra. Umar minta agar yang datang ditunggu dulu.
Bayangan itu semakin dekat. Dan ternyata yang datang adalah pemuda itu untuk memenuhi tanggung jawabnya. Semua orang berdecak takjub dan haru. Bisa saja pemuda itu melarikan diri dari hukuman mati. Tapi ia tetap datang. Dengan napas terengah-engah pemuda itu minta maaf atas keterlambatannya karena ada halangan dijalan. Karena kagum pada kejujuran pemuda itu, Umar bertanya," Wahai pemuda, aku kagum padamu.Kenapa engkau memilih datang padahal kau bisa saja lari dari hukuman mati?'
Pemuda itu menjawab,: Wahai amirul Mu'min, alasanya sederhana saja.
Aku tidak mau ada yang mengatakan bahwa tidak ada lagi lelaki-lelaki sejati dikalangan umat muslim yang dengan ksatria berani mempertanggung jawabkan perbuatannya. Ia juga bagaimana mungkin saya
tega membiarkan orang lain tidak bersalah yang rela menjadi penjaminku mati karena perbuatanku."
Lalu umar menoleh kepada Abu Dzar dan bertanya, "Dan kamu Abu Dzar, apa yang membuatmu yakin untuk menjadi penjamin pemuda asing ini dan kamu siap menggantikan dirinya untuk dihukum mati jika dia tidak datang?"
Abu Dzar menjawab," aku melakukan ini agar tidak ada yang mengatakan bahwa tidak ada lelaki sejati dikalangan umat islam yang bersedia menolong saudaranya yang membutuhkan pertolongan. AKu tidak merasa rugi di hadapan Allah. Kalau pemuda itu tidak datang dan aku harus mati menggantikannya, kematianku syahid di jalan Allah, karena aku memang tidak bersalah."
Umar bin Khatab ra diliputi rasa kagum dan haru. Dia lalu memutuskan untuk segera mengeksekusi pemuda itu sebelum waktu salat mahgrib habis. Tiba-tiba ada yang berteriak" Tunggu wahai amirul mu'min, bolehkan kami minta agar pemuda ini dibebskan dari hukuman mati?!
yang berteriak itu adalah dua pemuda anak kakek yang tebunuh itu. Umar menjawab," Apa yang membuat kalian minta pembatalan hukuman ini?"
Mereka menjawab," sungguh kami kagum dengan dua lelaki sejati ini izinkan kami memafkan pemuda yang saleh yang jujur ini. kami tidak ingin ada yang mengatakan bahwa dikalangan umat islam tiada lelaki
sejati yang memaafkan kesalahan. Bukankah Al'quran membolehkan bagi ahli waris untuk memberi maaf dan membatalkan Qishash pada seorang yang melakukan pembunuhan? kami rasa pemuda saleh ini pantas untuk kami maafkan."
Seketika gemuruh takbir dan tahmid berkumandang. Seluruh masyarakat yang menyaksikan peristiwa itu takjub dengan mata berkaca-kaca. Mereka terharu menyaksikan tingginya ahlak dalam jiwa lelaki-lelaki
sejati yang berjiwa ksatria itu.
Setiap kali teringat kisah nyata ini, saya sering bertanya-tanya masih adakah lelaki-lelaki sejati berjiwa ksatria di negeri ini? Semoga masih ada, sebab sejarah menulis bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang
dihuni oleh lelaki-lelaki sejati bukan para pecundang dan pengecut.
Besarnya suatu bangsa tidak dilihat dari jumlah penduduknya tapi dilihat dari jumlah manusia-manusia berjiwa ksatria dan berahlak mulia. Manusia-manusia berkarakter dan berjiwa besar. Semoga mereka masih ada di indonesia. AMin!
sumber: tidak diketahui
27 Desember 2009
Belajar Dari Wong Fei Hung (Faisal Hussein Wong)
Selama ini kita hanya mengenal Wong Fei Hung sebagai jagoan Kung fu dalam film Once Upon A Time in China. Dalam film itu, karakter Wong Fei Hung diperankan oleh aktor terkenal Hong Kong, Jet Li. Namun siapakah sebenarnya Wong Fei Hung?
Wong Fei Hung adalah seorang Ulama, Ahli Pengobatan, dan Ahli Beladiri legendaris yang namanya ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional China oleh pemerintah China. Namun Pemerintah China sering berupaya mengaburkan jatidiri Wong Fei Hung sebagai seorang muslim demi menjaga supremasi kekuasaan Komunis di China.
Ayahnya, Wong Kay-Ying adalah seorang Ulama, dan tabib ahli ilmu pengobatan tradisional, serta ahli beladiri tradisional Tiongkok (wushu/kungfu). Ayahnya memiliki sebuah klinik pengobatan bernama Po Chi Lam di Canton (ibukota Guandong). Wong Kay-Ying merupakan seorang ulama yang menguasai ilmu wushu tingkat tinggi. Ketinggian ilmu beladiri Wong Kay-Ying membuatnya dikenal sebagai salah satu dari Sepuluh Macan Kwantung. Posisi Macan Kwantung ini di kemudian hari diwariskannya kepada Wong Fei Hung.
Kombinasi antara pengetahuan ilmu pengobatan tradisional dan teknik beladiri serta ditunjang oleh keluhuran budi pekerti sebagai Muslim membuat keluarga Wong sering turun tangan membantu orang-orang lemah dan tertindas pada masa itu. Karena itulah masyarakat Kwantung sangat menghormati dan mengidolakan Keluarga Wong.
Pasien klinik keluarga Wong yang meminta bantuan pengobatan umumnya berasal dari kalangan miskin yang tidak mampu membayar biaya pengobatan. Walau begitu, Keluarga Wong tetap membantu setiap pasien yang datang dengan sungguh-sungguh. Keluarga Wong tidak pernah pandang bulu dalam membantu, tanpa memedulikan suku, ras, agama, semua dibantu tanpa pamrih.
Secara rahasia, keluarga Wong terlibat aktif dalam gerakan bawah tanah melawan pemerintahan Dinasti Ch’in yang korup dan penindas. Dinasti Ch’in ialah Dinasti yang merubuhkan kekuasaan Dinasti Yuan yang memerintah sebelumnya. Dinasti Yuan ini dikenal sebagai satu-satunya Dinasti Kaisar Cina yang anggota keluarganya banyak yang memeluk agama Islam.
Wong Fei-Hung mulai mengasah bakat beladirinya sejak berguru kepada Luk Ah-Choi yang juga pernah menjadi guru ayahnya. Luk Ah-Choi inilah yang kemudian mengajarinya dasar-dasar jurus Hung Gar yang membuat Fei Hung sukses melahirkan Jurus Tendangan Tanpa Bayangan yang legendaris. Dasar-dasar jurus Hung Gar ditemukan, dikembangkan dan merupakan andalan dari Hung Hei-Kwun, kakak seperguruan Luk Ah-Choi. Hung Hei-Kwun adalah seorang pendekar Shaolin yang lolos dari peristiwa pembakaran dan pembantaian oleh pemerintahan Dinasti Ch’in pada 1734.
Hung Hei-Kwun ini adalah pemimpin pemberontakan bersejarah yang hampir mengalahkan dinasti penjajah Ch’in yang datang dari Manchuria (sekarang kita mengenalnya sebagai Korea). Jika saja pemerintah Ch’in tidak meminta bantuan pasukan-pasukan bersenjata bangsa asing (Rusia, Inggris, Jepang), pemberontakan pimpinan Hung Hei-Kwun itu niscaya akan berhasil mengusir pendudukan Dinasti Ch’in.
Setelah berguru kepada Luk Ah-Choi, Wong Fei-Hung kemudian berguru pada ayahnya sendiri hingga pada awal usia 20-an tahun, ia telah menjadi ahli pengobatan dan beladiri terkemuka. Bahkan ia berhasil mengembangkannya menjadi lebih maju. Kemampuan beladirinya semakin sulit ditandingi ketika ia berhasil membuat jurus baru yang sangat taktis namun efisien yang dinamakan Jurus Cakar Macan dan Jurus Sembilan Pukulan Khusus. Selain dengan tangan kosong, Wong Fei-Hung juga mahir menggunakan bermacam-macam senjata. Masyarakat Canton pernah menyaksikan langsung dengan mata kepala mereka sendiri bagaimana ia seorang diri dengan hanya memegang tongkat berhasil menghajar lebih dari 30 orang jagoan pelabuhan berbadan kekar dan kejam di Canton yang mengeroyoknya karena ia membela rakyat miskin yang akan mereka peras.
Dalam kehidupan keluarga, Allah banyak mengujinya dengan berbagai cobaan. Seorang anaknya terbunuh dalam suatu insiden perkelahian dengan mafia Canton. Wong Fei-Hung tiga kali menikah karena istri-istrinya meninggal dalam usia pendek. Setelah istri ketiganya wafat, Wong Fei-Hung memutuskan untuk hidup sendiri sampai kemudian ia bertemu dengan Mok Gwai Lan, seorang perempuan muda yang kebetulan juga ahli beladiri. Mok Gwai Lan ini kemudian menjadi pasangan hidupnya hingga akhir hayat. Mok Gwai Lan turut mengajar beladiri pada kelas khusus perempuan di perguruan suaminya.
Pada 1924 Wong Fei-Hung meninggal dalam usia 77 tahun. Masyarakat Cina, khususnya di Kwantung dan Canton mengenangnya sebagai pahlawan pembela kaum mustad’afin (tertindas) yang tidak pernah gentar membela kehormatan mereka. Siapapun dan berapapun jumlah orang yang menindas orang miskin, akan dilawannya dengan segenap kekuatan dan keberanian yang dimilikinya. Wong Fei-Hung wafat dengan meninggalkan nama harum yang membuatnya dikenal sebagai manusia yang hidup mulia, salah satu pilihan hidup yang diberikan Allah kepada seorang muslim selain mati Syahid. Semoga segala amal ibadahnya diterima di sisi Allah Swt dan semoga segala kebaikannya menjadi teladan bagi kita, generasi muslim yang hidup setelahnya. Amiin.
10 Desember 2009
Belajar Dari Pensil
Seorang anak bertanya kepada neneknya yang sedang menulis sebuah surat.
"Nenek lagi menulis tentang pengalaman kita ya? atau tentang aku?"
Mendengar pertanyaan si cucu, sang nenek berhenti menulis dan berkata kepada cucunya, "Sebenarnya nenek sedang menulis tentang kamu, tapi ada yang lebih penting dari isi tulisan ini yaitu pensil yang nenek pakai."
"Nenek harap kamu bakal seperti pensil ini ketika kamu besar nanti" ujar si nenek lagi.
Mendengar jawab ini, si cucu kemudian melihat pensilnya dan bertanya kembali kepada si nenek ketika dia melihat tidak ada yang istimewa dari pensil yang nenek pakai.
"Tapi nek sepertinya pensil itu sama saja dengan pensil yang lainnya." Ujar si cucu.
Si nenek kemudian menjawab, "Itu semua tergantung bagaimana kamu melihat pensil ini."
"Pensil ini mempunyai 5 kualitas yang bisa membuatmu selalu tenang dalam menjalani hidup, kalau kamu selalu memegang prinsip-prinsip itu di dalam hidup ini."
Si nenek kemudian menjelaskan 5 kualitas dari sebuah pensil.
"Kualitas pertama, pensil mengingatkan kamu kalo kamu bisa berbuat hal yang hebat dalam hidup ini. Layaknya sebuah pensil ketika menulis, kamu jangan pernah lupa kalau ada tangan yang selalu membimbing langkah kamu dalam hidup ini. Kita menyebutnya tangan Tuhan, Dia akan selalu membimbing kita menurut kehendakNya".
"Kualitas kedua, dalam proses menulis, nenek kadang beberapa kali harus berhenti dan menggunakan rautan untuk menajamkan kembali pensil nenek. Rautan ini pasti akan membuat si pensil menderita. Tapi setelah proses meraut selesai, si pensil akan mendapatkan ketajamannya kembali. Begitu juga dengan kamu, dalam hidup ini kamu harus berani menerima penderitaan dan kesusahan, karena merekalah yang akan membuatmu menjadi orang yang lebih baik".
"Kualitas ketiga, pensil selalu memberikan kita kesempatan untuk mempergunakan penghapus, untuk memperbaiki kata-kata yang salah. Oleh karena itu memperbaiki kesalahan kita dalam hidup ini, bukanlah hal yang jelek. Itu bisa membantu kita untuk tetap berada pada jalan yang benar".
"Kualitas keempat, bagian yang paling penting dari sebuah pensil bukanlah bagian luarnya, melainkan arang yang ada di dalam sebuah pensil. Oleh sebab itu, selalulah hati-hati dan menyadari hal-hal di dalam dirimu".
"Kualitas kelima, adalah sebuah pensil selalu meninggalkan tanda/goresan. Seperti juga kamu, kamu harus sadar kalau apapun yang kamu perbuat dalam hidup ini akan meninggalkan kesan. Oleh karena itu selalulah hati-hati dan sadar terhadap semua tindakan".
22 November 2009
Nasi Goleng
Seorang cadel ingin membeli nasi goreng yang sering mangkal di dekat rumahnya.
Cadel: "Bang, beli nasi goleng satu"
Abang: "Apa ... ?"
Cadel: "Nasi goleng!"
Abang: "Apaan?" (Ngledek lagi)
Cadel: "Nasi goleng!!!!!"
Abang: "Ohh... nasi goleng..."
Sambil ditertawakan oleh pembeli yang lain dan pulanglah si cadel dengan sangat kesal. Sesampainya di rumah dia bertekad untuk berlatih mengucapkan "nasi goreng" dengan benar. Hingga akhirnya dia mampu mengucapkan dengan baik dan benar.
Hari 2 .....
Dengan perasaan bangga, si cadel ingin menunjukkan bahwa dia bisa mengucapkan pesanan dengan tidak cadel lagi.
Cadel: "Bang, saya mau beli NASI GORENG, bungkus!!!"
Abang: "Ohh ... pake apa?"
Cadel : ".... pake telol ....." (Sambil sedih)
Akhirnya kembali dia berlatih mengucapkan kata "telor" sampai benar.
Hari 3 .....
Untuk menunjukkan bahwa dia mampu, dia rela 3 hari berturut-turut makan nasi goreng.
Cadel: "Bang, beli NASI GORENG, pake TELOR!!!! Bungkus!"
Abang: "Ceplok atau dadar?"
Cadel: "Dadal...!" (dengan spontan)
Kembali dia berlatih dengan keras...
Hari 4........
Dengan modal 4 hari berlatih lidah, hari ini dia yakin mampu memesan dengan tanpa ditertawakan.
Cadel: "Bang, beli NASI GORENG, pake TELOR, di DADAR!!!!!"
Abang: "Hebat kamu ' del , udah nggak cadel lagi nich, harganya Rp.2,500.- ' del ."
Si cadel menyerahkan uang Rp 3.000,- kepada si abang, namun si abang tidak memberikan kembaliannya, hingga si cadel bertanya.
Cadel: "Bang, mana kembaliannya? "
Abang: "Oh iya, uang kamu Rp 3.000,- harganya Rp 2.500,-, kembaliannya berapa del ? (sambil senyum ngledek) Si cadel gugup juga untuk menjawabnya , dia membayangkan besok bakal makan nasi goreng lagi.
Tapi akhirnya dia menjawab : "GOPEK... !!!"sambil tersenyum penuh kemenangan.
INTI DALI CELITA INI ADALAH HIDUPLAH TELUS DENGAN PENUH PELJUANGAN !!! JANGAN MENYELAH YAH !
(sumbel celita dali : Vianty)
Take It Easy !
Yang disebut sebagai 'masalah' sebenarnya sangat jarang merupakan 'masalah sebenarnya'.
Terkadang kita melihat dan merespon 'hal' tersebut secara berlebihan yang lebih sering menjadi 'masalah'.
Bayangkan sebelum mengatasinya saja, kita sudah menyebutnya sebagai 'masalah', merasa sulit, berat, rumit, susah, tak mungkin diselesaikan dll.
Pikiran jauh lebih JERNIH dan RINGAN untuk BERPIKIR dan jangan terlalu EMOSIONAL serta MENGUMBAR ENERGI untuk marah .... santai saja mari kita selesaikan dengan tenang.....
saat kita punya PERSEPSI lebih RINGAN tentang hal itu, maka kita akan mampu menyelesaikannya dengan jauh lebih baik.
saat kita punya PERSEPSI lebih RINGAN tentang hal itu, maka kita akan mampu menyelesaikannya dengan jauh lebih baik.
Anak kecil memandang semuanya dengan RINGAN dan MUDAH, saya heran mengapa orang dewasa kerapkali memperumit segala sesuatu. Mari menjadi bagian dari penyelesaian masalah (problem solver) dan bukan menjadi pembuat masalah (problem maker).
TAKE IT EASY!
BE A POSITIVE ....
16 November 2009
Kekuatan Bisa !
Ketika pertama kali alat transportasi bernama kereta api diperkenalkan di dunia, banyak terjadi protes.
Di Jerman, para ahli mengatakan bahwa jika kereta api memiliki kecepatan sebesar 25 km/jam, itu merupakan kecepatan yang paling mengerikan, penumpang akan mati, karena sakit kepala, pusing karena kecepatan tersebut, penyakit jantung, hingga hidung para penumpangnya akan mengeluarkan darah dan mati kehabisan nafas ketika memasuki terowongan.
Saat itu pendapat para ahli sangat diperhitungkan, sehingga uji coba kereta api menghadapi tantangan yang sangat luar biasa.Namun kita bisa melihat, seandainya pendapat para ahli tersebut dinyatakan zaman sekarang, pasti kita semua akan tertawa terbahak-bahak, karena kereta api sekarang memiliki kecepatan hingga 500 km/jam.Maglev; Mangnetically Levitated, adalah kereta mengambang dengan kecepatan sangat tinggi (500 km/jam).
Saat ini kereta magnet mengambang ini sudah beroperasi di Shanghai, China.
Kasai mengklaim akan membuat kereta api mengambang (Maglev) tercepat di dunia dengan 581 km/jam.
Ini sudah dibuktikan dalam sebuah uji coba.Pada kenyataan tidak ada penumpang yang mengalami pusing atau serangan jantung, apalagi mati, seperti yang ditakutkan oleh para ahli. Itu merupakan contoh nyata bahwa para ahli juga manusia, dan setiap manusia bisa menghadapi apa yang disebut mental-blocking.
Dan dasar dari segala kesuksesan untuk mencapai apapun impian kita, adalah bahwa kita harus mendobrak lebih dahulu setiap "ketidakmungkinan" yang ada di dalam pikiran kita.
Blocking mental, kondisi dimana sebelumnya pikiran kita mengatakan hal tersebut tidak mungkin, harus menjadi mungkin, dan menjadi BISA.
Ketika seseorang sudah terbiasa melatih hal di atas, cara berpikirnya akan luas dan tidak dibatasi, dan akan menjadi orang yang lebih kreatif, memiliki inovasi yang tinggi, sehingga dapat mendobrak setiap ketidakmungkinan, menjadi serba mungkin, serba BISA.
Contoh konkrit dalam kehidupan nyata, ketika anda diberikan suatu target sales tertentu oleh perusahaan anda, jika anda lebih dahulu mengatakan hal itu tidak mungkin, pintu pikiran anda akan tertutup rapat, namun ketika anda berpikir mengatakan Bisa !, pintu pikiran Anda akan terbuka lebar-lebar, menciptakan kreatifitas berpikir dan bertindak. Demikian halnya ketika anda ingin mencapai kesuksesan dalam sebuah impian anda, dan anda awali dengan berpikir bahwa kesuksesan itu sulit, tidak mungkin, bahkan mustahil anda capai, maka andapun akan mengalami hal tersebut.
30 Oktober 2009
TIDAK MAU MENGALAH
Kini ia tiba di ujung jembatan kecil itu. Di seberang jalan ia melihat seorang anak lelaki lain yang berjalan ke arahnya. Mereka berdua sama-sama berjalan di jalur yang sama. Hingga tepat di tengah-tengah jembatan itu mereka saling berhadap-hadapan. Keduanya berhenti dan berpandangan.
Anak lelaki itu berpikir, "Wah, kurang ajar sekali anak ini. Dia tidak mau mengalah dan memberikan jalan padaku." Di saat yang sama, anak lelaki lain itu berpikiran hal yang sama, "Seharusnya dia yang mengalah dan memberikan jalan padaku."
Lama keduanya saling berdiri di tengah jembatan tanpa ada satu pun yang mau mengalah dan memberikan jalan. Keduanya sama-sama berpikir bahwa "Aku harus berteguh hati dan kuat pendirian." Keduanya saling berpandangan tanpa ada satupun yang berbicara atau bergerak.
Siang pun tiba. Di rumah, ayah dari anak lelaki yang hendak pergi ke kota itu mulai cemas memikirkan mengapa anaknya belum juga kembali. Sang ayah lalu bergegas menyusul anaknya ke kota . Hingga akhirnya ia sampai di jembatan dan melihat ke dua anak lelaki itu saling berdiam dan
berhadap-hadapan. Sang ayah berteriak pada anak lelakinya, "Wahai anakku, mengapa engkau berdiri di situ?"
Anak lelakinya menjawab, "Anak lelaki ini menghalangi jalanku. Ia sama sekali tidak mau mengalah. Bagaimana aku bisa berjalan jika ia menutup jalanku?"
Sang ayah mulai kesal. Ia lalu berkata pada anaknya, "Sudahlah anakku, sebaiknya kau minggir dan segera pergi ke kota untuk membeli tepung. Biar ayahmu ini yang berdiri di sini menggantikanmu dan tidak memberikan jalan pada anak lelaki yang tidak tahu diri ini!"
Teguh hati memang boleh. Sesekali mengalah demi tercapainya tujuan bukanlah hal yang tercela. Tetapi bukan berarti lalu kita harus menjadi tembok bagi tercapainya tujuan orang lain bukan?
(Disadur dari: Chinese Wisdom)
26 Oktober 2009
Keselarasan Ibadah Dan Profesi
Oleh : Timotius Hendra Haes
Suatu kali diadakan kunjungan oleh semua pemuka agama, ke sebuah lembaga pemasyarakatan. Para pemuka agama diperlihatkan kegiatan kegiatan yang dilakukan para napi di dalam penjara . Hingga suatu saat salah seorang pemuka agama yang menyaksikan ada seorang napi yang rajin sekali membaca kitab suci , hingga ia penasaran dan bertanya:" Adik di penjara karena apa ya ?". " Saya dipenjara , karena berbuat kriminal pak, mencuri , menodong, merampok " . "Tetapi saya melihat bahwa sebenarnya adik ini, termasuk baik, karena rajin sekali membaca kitab suci . Apakah adik juga selalu beribadah?", tanya sang pemuka agama. " Tentu saja pak, dari sejak kecil saya tak pernah melupakan ibadah sekalipun ?". Sekarang sang pemuka agama menjadi heran . Ia bertanya lagi :" Kalau adik rajin beribadah, mengapa adik melakukan perbuatan kriminal ?". "Oh, jangan salah pak!", katanya seperti menggurui. " Ibadah itu berkaitan dengan agama saya. Tetapi mencuri , menodong dan merampok , itu profesi
saya ".
Saya sendiri waktu mendengar kisah ini dituturkan , seperti "nano nano ", bermacam perasaan timbul seketika, ada perasaan lucu dan geli, tetapi dibagian lain, ada rasa sedih dan bingung juga.
Pertanyaannya adalah :" Apakah benar, bahwa profesi itu memang suatu dunia sendiri yang berbeda dengan ibadah ?" .
Atau pertanyaan lain nya adalah : " Apakah merupakan hal yang bijak, jika kita menempatkan profesi keluar dari ibadah ?" .
Ketika suatu kali saya berdiskusi dengan seorang teman yang pengusaha, maka entah darimana hikmat itu datang , ternyata kami berkesimpulan bahwa banyak sekali " korupsi " yang menjadi budaya di negara kita, bukan semata mata karena kebutuhan keuangan semata mata, tetapi karena penempatan perbuatan ini yang bukan dianggap sebagai suatu dosa.
Sehingga banyak sekali umat beragama yang rajin beribadah, tetapi tetap saja melakukan korupsi . Karena korupsi memang dianggap sebagai profesi saja yang tak ada kaitan dengan urusan agama .
Memang di kalangan atas, perbuatan kriminal semacam mecuri , menodong dan merampok, memang layak dimasukkan dalam daftar dosa . Tetapi untuk korupsi, sepertinya bukan sebuah dosa, tetapi hanya masalah strategi dan teknis pekerjaan
belaka. Korupsi bukan kesalahan tetapi merupakan suatu hasil . Katakanlah hasil dari sebuah lobby yang baik dan berkenan.
Baru tadi pagi saya mendengar di radio , bahwa untuk kasus kasus tahanan korupsi, ada kesulitan untuk menempatkan tahanan pada lapas yang ada, karena semakin banyaknya tahanan tahanan pada kasus korupsi ini.
Sudah saatnya kita memandang profesi itu sebagai bagian dari ibadah, yang harus kita lakukan dengan penuh tanggung jawab dunia maupun akhirat. Sudah saatnya juga kita memahami bahwa korupsi juga sebuah dosa. Sudah saatnya para pemuka agama menyerukan bahwa korupsi itu haram hukumnya. Jadilah orang yang rendah hati & bersahaja!
22 Oktober 2009
PETANI JAGUNG DAN KEBIASAAN SALING BERBAGI
Seorang petani jagung di suatu desa yang sangat terkenal akan kualitas jagungnya kerap dipuji oleh pembelinya.
Pembeli : Pak saya sangat mengagumi akan kualitas jagung bapak yang luar biasa, setiap kali panen hasilnya selalu sama yaitu kualitas nomor satu.
Petani : Terima kasih atas pujiannya, saya sangat senang mendengar hal ini dari banyak orang yang datang ke tempat kami ini.
Pembeli : Pak apa sih sebenarnya rahasia Bapak yang bisa menghasilkan jagung sebaik ini ?
Petani : Tidak ada rahasia pak, kami di desa ini melakukan hal sama dengan petani lain di desa yang lain dalam hal menanam dan memelihara pohon jagung kami.
Pembeli : Tetapi mengapa di desa ini semua jagung panennya sangat bagus sekali ?
Petani : Mungkin kami selalu berbagi bibit yang baik satu sama lain, kalau saya mempunyai bibit yang baik dalam musim tanam kali ini maka saya akan bagikan bibit tersebut kepada petani yang lain demikian juga kalau petani lain mempunyai bibit yang baik dia akan bagikan kepada saya.
Pembeli : Kenapa harus berbagi bibit yang baik ke petani lain, kenapa bibit tersebut tidak bapak tanam sendiri ?
Petani : Kami tidak boleh egois seperti itu karena kalau saya menanam bibit yang baik sedangkan petani lain menanam bibit yang jelek nanti kalau ada angin maka serbuk sari yang jelek akan menempel ke bibit yang baik dan berakibat hasilnya menjadi jelek semua. Kalau semua menanam bibit yang baik dan kalaupun ada angin dia akan membawa serbuk sari yang baik dan tentu hasil penyerbukan menjadi baik semuanya.
Pembeli : Oh saya baru menyadari saat ini mengapa hasil jagung Bapak begitu bagus demikian juga dengan petani-petani lain di desa ini ternyata jawabannya adalah semangat berbagi yang baik kepada sesama akan menghasilkan buah-buah yang baik pula untuk semuanya.
OK teman, Selamat berbagi kebaikan kepada sesama untuk mendapatkan kebaikan dalam kehidupan ini.
18 Oktober 2009
Tawon dan Keyakinan Untuk Terus Terbang
"Menurut suatu teori aerodinamika, tawon besar seharusnya tidak bisa terbang, karena ukuran, berat dan bentuk tubuhnya dibandingkan dengan rentang total sayapnya, terbang itu secara ilmiah mustahil. Tetapi karena tidak tahu apa-apa tentang teori ilmiah toh si tawon besar selalu maju dan terbang saja serta membuat madu setiap harinya. Masa depan bukan saja tampak cerah ketika sikap kita benar, melainkan masa kinipun menjadi jauh lebih nikmat"-J. Maxwell
07 Oktober 2009
Kisah Elang Di Lingkungan Ayam
Seorang petani menemukan sebuah telur di sawahnya, dan ternyata telur yang ditemukannya itu adalah telur burung elang. Namun si petani tersebut tidak menyadarinya. Wah..lumayan nih dapat sebutir telur , bisa untuk tambahan menu makanan hari ini, pikir si petani.
Sesampainya di rumah, petani tersebut urung melakukan niatnya, melihat bentuk telur itu yang agak besar dan berbeda dengan telur ayam biasanya. Akhirnya si petani tersebut menaruh telur elang tersebut di kandang seekor ayam betina di belakang rumahnya untuk dierami.
Hari berganti hari, dan akhirnya telur elang itupun menetas bersama dengan telur- telur ayam lainnya. Masa kanak-kanak elang tersebut dihabiskan dengan anak-anak ayam yang lain. Dan akhirnya tingkah elang tersebut pun seperti layaknya ayam yang lain. Si anak elang menjalani kehidupannya seperti ayam, seperti yang dilakukan sang saudara tirinya, mencari cacing,bermain dengan ayam-ayam.
Hingga suatu saat dia melihat ada seekor burung elang terbang diatas mereka, sang anak elang pun terpana melihat burung elang tersebut terbang bebas diangkasa. “wah enak ya si burung elang bisa terbang bebas”kata si anak elang tersebut, ”jangan mimpi deh,kamu kan ayam nga bisa terbang seperti mereka”kata saudara tiri si elang .
Anak elang tumbuh dewasa. Badannya semakin tegar, sayapnya semakin kokoh, kuat paruhnya semakin tajam, dan kakinya semakin mencengkram. Tapi dia masih saja bertingkah seperti ayam. Dia tidak berani tuk mengepakkan sayapnya, hanya bersedih melihat dirinya berbeda dengan ayam-ayam lainnya dan hanya bisa memandang ke langit memperhatikan burung-burung lain yang terbang. Hingga akhirnya si elang itupun mati tanpa ia bisa mengepakkan sayapnya dan terbang tinggi di angkasa.
—————————-
Sebuah pelajaran yang berharga dari cerita di atas. Tentang diibaratkannya diri kita adalah seekor elang yang sebetulnya mampu untuk terbang, melayang tinggi, dan bermain di angkasa. Hanya tinggal kemauan untuk mencoba mengepakkan sayap, maka kita akan bisa terbang bersama burung-burung yang lain dan malah bisa lebih tinggi kalau kita menyadari bahwa diri kita memiliki kelebihan dan kekuatan untuk melakukan hal itu.
Tapi sayang, kadang-kadang mental kita masih berada jauh dari impian, masih berkutat di dalam lingkungan yang sempit, kuno, dan tidak mau berubah seperti eleng tadi. Untuk keluar mencoba melakukan sesuatu hal yang baru masih belum bisa dan tidak berani melakukannya. Kita masih terkondisikan oleh lingkungan, tanpa mau tahu sebetulnya kita juga bisa menciptakan kondisi lingkungan.
Memang berat menjadi seekor elang di lingkungan ayam, karena memang sudah menjadi kebiasaan, menjadi sebuah tabiat, semua dilakukan atas asas tradisi. Tapi tidak ada salahnya tuk mencoba, tidak ada salahnya tuk bisa berubah. Hidup adalah sebuah alur yang tidak selalu lurus. Ia bergerak dinamis mengikuti arah perkembangan jaman.
Banyak rintangan dan hambatan menjadikan sebuah pelajaran buat kita tuk bisa menghadapinya. Kesabaran tuk belajar mengepakkan sayap secara perlahan-lahan tapi pasti akan menunjukkan jati diri bahwa kita adalah manusia yang diciptakan oleh Allah secara sempurna yang diberikan akal untuk berpikir, tuk bertahan hidup, dan juga tuk bisa merasakan setiap perbedaan dengan perubahan.
Cerita berasal dari :
www.indiaaccesories .com
29 September 2009
Belajar Dari Soichiro Honda
Soichiro Honda bukan berasal dari keluarga kaya. Ia tidak memiliki otak yang jenius layaknya Einstein. Wajahnya pun tidak secemerlang Keanu Reeves. Bahkan, ia tidak pernah menyandang gelar insinyur. Ia bukan siswa yang memiliki otak cemerlang dan duduknya tidak pernah di depan, selalu menjauh dari pandangan guru. Namun, ia memiliki ketekunan dan semangat yang membaja. `'Nilaiku jelek di sekolah. Tapi aku tidak bersedih, karena duniaku di sekitar mesin, motor, dan sepeda,'' tuturnya.
Tampaknya, kecintaan Honda pada dunia mesin diwarisi dari ayahnya yang membuka bengkel reparasi pertanian, di dusun tempat tinggalnya di Kamyo, distrik Shizuko, Jepang Tengah. Ayahnya seringkali melibatkan dirinya saat bermain-main di bengkel. Seringkali, Honda diberi catut (kakak tua) oleh ayahnya untuk mencabut paku.
Honda juga sering bermain di tempat penggilingan padi. Di sana, ia sering mengamati mesin diesel yang menjadi motor penggeraknya. Untuk "hobi"-nya itu, ia dapat berdiam diri berjam-jam. Memang, sejak awal, Honda menunjukkan keunikan tersendiri dibandingkan teman-teman sebayanya yang lebih banyak menghabiskan waktu bermain penuh suka cita. Hal itu ditunjukkan dengan kegiatan nekadnya yang bersepeda sejauh 10 mil pada usia 8 tahun. Hal itu dilakukannya hanya karena ingin menyaksikan pesawat terbang.
Bersepeda memang menjadi salah satu hobi Honda ketika kanak-kanak. Hasilnya, ia berhasil menciptakan sebuah "sepeda pancal" dengan model rem kaki pada umur 12 tahun. Sampai saat itu, belum muncul impian menjadi usahawan otomotif di benaknya. Tampaknya, ia sadar bahwa dirinya berasal dari keluarga miskin. Apalagi fisiknya lemah dan tidak tampan sehingga membuatnya selalu rendah diri.
Bekerja di bengkel mesin
Di usianya yang ke-15, Honda pindah ke kota untuk bekerja di Hart Shokai Company. Bosnya, Saka Kibara, sangat senang melihat cara kerjanya. Honda teliti dan cekatan dalam soal mesin. Setiap suara yang mencurigakan dan setiap oli yang bocor tidak luput dari perhatiannya. Enam tahun bekerja menambah wawasannya tentang permesinan. Akhirnya, pada usia 21 tahun, Saka Kibara mengusulkan membuka suatu kantor cabang di Hamamatsu dan mengangkatnya menjadi kepala cabang di sana.
Di Hamamatsu, prestasi kerja Honda kian cemerlang. Ia selalu menerima reparasi yang ditolak oleh bengkel lain. Kerjanya pun cepat. Bahkan, tak jarang jam kerjanya hingga larut malam dan terkadang sampai subuh. Hebatnya, walau terus bekerja lembur, otak kreatifnya tetap berjalan.
Kekreatifannya membuahkan fenomena. Pada zaman itu, jari-jari mobil terbuat dari kayu. Akibatnya, roda tersebut tidak baik untuk kepentingan meredam goncangan. Menyadari masalah tersebut, Honda punya gagasan untuk menggantikan ruji-ruji itu dengan logam. Hasilnya, luar biasa. Ruji-ruji logamnya laku keras dan diekspor ke seluruh dunia.
Memutuskan untuk membuka bisnis
Pada usia 30 tahun, Honda menandatangani patennya yang pertama, yaitu roda ruji. Setelah itu, Honda pun ingin melepaskan diri dari bosnya dan membuat usaha bengkel sendiri. Mulai saat itu, ia berpikir tentang spesialisasi yang akan dipilihnya. Otaknya pun membimbingnya kepada pembuatan ring piston dan menawarkannya kepada sejumlah pabrikan otomotif.
Kegagalan pertama
Sayang, karyanya itu ditolak oleh Toyota karena dianggap tidak memenuhi standar. Ring piston buatannya tidak lentur dan tidak laku dijual. Ia ingat reaksi teman-temannya terhadap kegagalan itu dan menyesalkan dirinya keluar dari bengkel milik Saka Kibara. Akibat kegagalan itu, Honda pun jatuh sakit dan cukup serius. Dua bulan kemudian, kesehatannya pulih kembali. Ia kembali memimpin bengkelnya. Namun, soal ring pinston belum juga ada solusinya. Demi mencari jawaban, ia pun mengambil kuliah untuk menambah pengetahuannya tentang mesin.
Siang hari, setelah pulang kuliah, Honda langsung mempraktikkan pengetahuan yang baru diperolehnya di bengkel. Setelah dua tahun menjadi mahasiswa, ia mulai jarang mengikuti kuliah. `'Saya merasa sekarat, karena ketika lapar tidak diberi makan, melainkan dijejali penjelasan bertele-tele tentang hukum makanan dan pengaruhnya, '' ujar Honda. Kepada rektornya, ia menjelaskan bahwa tujuan kuliahnya bukan mencari ijazah, melainkan pengetahuan. Penjelasan ini justru dianggap penghinaan dan Honda pun didepak dari kampusnya.
Hanya saja, dikeluarkan dari perguruan tinggi bukan akhir segalanya bagi Honda. Berkat kerja kerasnya, desain ring pinston-nya diterima pihak Toyota yang langsung memberikan kontrak. Honda pun berniat mendirikan pabrik dan impiannya untuk mendirikan pabrik mesin pun serasa kian dekat di pelupuk mata.
Kegagalan kedua
Malangnya, niatan itu kandas. Jepang, karena siap perang, tidak memberikan dana kepada masyarakat. Namun, bukan Honda kalau menghadapi kegagalan lalu menyerah pasrah. Dia pun nekad mengumpulkan modal dari sekelompok orang untuk mendirikan pabriknya.
Kegagalan ketiga
Namun, lagi-lagi musibah datang. Setelah perang meletus, pabriknya terbakar, bahkan kejadian itu menimpanya hingga dua kali.
Honda tidak pernah patah semangat. Dia bergegas mengumpulkan karyawannya. Mereka diperintahkan mengambil sisa kaleng bensol yang dibuang oleh kapal Amerika Serikat untuk digunakan sebagai bahan mendirikan pabrik.
Kegagalan keempat
Lagi-lagi, penderitaan sepertinya belum akan berakhir. Tanpa diduga, gempa bumi meletus dan menghancurkan pabrik Honda. Ia pun pun memutuskan menjual pabrik ring pinston-nya tersebut ke Toyota.
Kegagalan kelima
Setelah itu, Honda mencoba beberapa usaha lain. Ada yang mengatakan bahwa ia pernah mencoba untuk mengikuti kursus piano dan menjadi musisi. Sayang, semuanya gagal.
Kegagalan keenam
Akhirnya, Jepang mengalami kelangkaan bahan bakar pada tahun 1947. Pada saat itu kondisi ekonomi Jepang porak poranda. Sampai-sampai Honda tidak dapat menjual mobilnya akibat krisis moneter tersebut. Padahal dia ingin menjual mobil itu untuk membeli makanan bagi keluarganya.
Pintu sukses pun terbuka
Dalam keadaan terdesak, Honda memutuskan untuk refreshing dengan kembali bermain-main bersama "sepeda pancal"-nya. Kecintaannya pada dunia mesin memang terbawa dalam alam pikirannya, di mana pun ia berada. Dia pun memasang motor kecil pada sepeda itu. Siapa sangka, sepeda motor—cikal bakal lahirnya mobil Honda—itu diminati para tetangganya.
Honda pun memproduksi sepeda motornya. Para tetangga dan kerabatnya berbondong-bondong memesan sehingga ia kehabisan stok. Seakan tak pernah kalah dengan kebangkrutan yang menghantamnya berkali-kali, Honda kembali mendirikan pabrik motor. Sejak itu, kesuksesan tak pernah lepas dari tangannya. Motor Honda berikut mobilnya menjadi raja jalanan dunia.
Semasa hidupnya, Honda selalu menyatakan agar jangan hanya melihat semua keberhasilanya di dunia industri otomotif. Namun, lihat pula segala kegagalan yang pernah dialaminya. `'Banyak orang yang melihat kesuksesan saya yang hanya satu persen. Sementara mereka tidak melihat sembilanpuluh sembilan persen kegagalan saya." Begitulah tutur Honda kurang-lebihnya. Nasihatnya yang lain seputar kegagalan adalah, "Ketika Anda mengalami kegagalan, segeralah untuk mulai bermimpi kembali. Dan, mimpikanlah mimpi-mimpi yang baru."
Dikutip dari Buku "7 Kunci Sukses Bisnis Tahan Krisis"
Karya: Bambang Suharno dan Rochim Armando
06 September 2009
KISAH PIPA DAN EMBER
Di sebuah desa terjadi krisis air sumber mata air terletak di gunung (yang tentunya lebih tinggi dari desa itu) tetapi dipisahkan oleh sebuah lembah sehingga air tidak bisa mengalir ke desa tersebut. Pak kepala desa mengadakan sayembara untuk mengalirkan air dari gunung ke desa tersebut dengan ember (Imbalan tiap embernya $1). Ternyata ada dua orang yang berminat dan menerima tawaran itu yaitu si Pipo dan Embro. Mereka adalah dua orang pemuda miskin yang rajin dan ingin merubah dirinya untuk menjadi kaya. Dan kedua pemuda itu setuju dan mulai mengerjakannya pada pagi harinya.
Mulanya mereka mengerjakan pekerjaan yang sama dengan bersemangat, tetapi setelah berbulan-bulan mereka merasa bosan dengan pekerjaan yang itu-itu saja dan penghasilan yang tidak lebih dari hitungan ember itu tadi. Mereka mulai berkreasi dan kita lihat apa yang mereka lakukan :
Embro
Embro berfikir jika dia bisa membawa ember lebih banyak tentunya dia akan mendapatkan uang yang lebih banyak, maka ia berlatih "fitness" dan berusaha membawa dua ember tiap kali mengambil air. Kemudian ia mengubah ukuran embernya yang isinya dua kali lebih besar dari ukuran sebelumnya hingga sekali mengambil air ia bisa menghasilkan empat ember. Namun, apa yang terjadi? walaupun badan Embro semakin berotot dan dia banyak menghasilkan banyak uang (4 x dari yang dihasilkan oleh Pipo pada waktu itu) tetapi ia banyak menghabiskan energinya untuk mengangkat ember, membelanjakan uangnya untuk memulihkan kondisi badannya dan menambah supply makanan untuk mendukung pekerjaannya.
Bahkan di malam harinya ia sering meminum minuman keras sebagai pelampiasan tekanan atas kerja kerasnya sehari penuh. Akhirnya setelah berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun badan Embro pun semakin tua dan lemah sehingga Ia mengurangi porsi kerjanya dan malangnya ia jatuh sakit.
Embro kehilangan pekerjaannya dan penghasilannya hingga ia membutuhkan pertolongan orang lain untuk menyambung hidupnya.
Pipo
Pada awalnya Pipo melakukan hal yang sama dengan Embro dan mencari cara yang lebih baik untuk menambah penghasilannya, tetapi ia tetap mengerjakan pekerjaan itu secara wajar. Namun, Pipo lebih tertarik untuk membangun jaringan pipa yang menghubungkan antara sumber mata-air di gunung dan desanya.
Ia menyisakan waktu luang dan penghasilannya untuk membangun jaringan pipa meter demi meter dan peralatan penyangga serta sebuah dam yang bisa menampung seluruh air yang berhasil dialirkan. (Dimana Embro hanya beristirahat untuk memulihkan kondisi badannya) Pipo bercita-cita bisa menjadi penyalur air di desanya yang bisa memenuhi seluruh warga desa tersebut (Cita-cita yang mulia bukan?) walaupun banyak penduduk sekitar yang mencemooh termasuk si Embro.
Hingga berbulan-bulan dan bertahun-tahun akhirnya dengan kerja yang tidak hanya keras, tetapi cerdas dan efektif Pipo berhasil membangun jaringan pipa air dan dam dengan nama "Pipo Corporation" yang menyediakan supply air dengan harga yang murah dan jumlah yang tak terbatas.
Akhirnya Pipo pun berhenti dari pekerjaan biasanya dan menerima uang hasil usahanya tanpa ia bersusah payah yang jumlahnya jauh lebih banyak dari yang Embro dapatkan.
Pipo telah berhenti bekerja dan ia tetap menerima uang dari keuntungan perusahaan yang ia bangun, ia bisa pergi berlibur ke luar negri, bisa punya rumah bagus dan yang utama bisa memberi manfaat kepada seluruh desa bahkan ke desa sekitarnya.
Nah dalam dunia nyata ini sejujurnya kita juga menemukan kenyataan yang tidak jauh dari cerita tersebut dimana banyak orang yang sibuk dan menghabiskan waktu efektifnya hanya untuk melakukan pekerjaan yang kurang efektif sehingga mendapatkan hasil yang sesuai pula.
Kita bisa melihat kisah bagaimana Bill Gates (Mahasiswa Harvard Univ. yang tidak menyelesaikan studinya) membangun Microsoft Corporation dengan sebuah ide hanya ingin menciptakan Operating System (software, Windows) untuk IBM-PC yang bisa dipakai oleh berbagai macam platform dan macam komputer sehingga dari situ diharapkan penggunanya bisa lebih mudah menggunakannya (user-friendly), integritas PC yang tergabung dalam Internet Explorer serta mobile operating systemnya, WindowsCE (Siapa yang nggak kenal DOS, Windows, Internet Explorer?) dan yang membanggakan hampir seluruh saham Microsoft Corporation dimilikinya hingga ia dikenal sebagai orang terkaya di dunia.
Kita juga masih ingat Oprah Winfley (Seorang Presenter wanita ternama di USA) yang berhasil membangun HARPO Corporation, hingga profesi presenter yang semula menjadi tulang punggung penghasilannya kini menjadi kegiatan sampingannya.
Juga Ustadz Abdullah Gymnastiar yang begitu hebatnya mengambangkan MQ Corporation yang memiliki lebih dari 17 anak perusahaan. Ia berhasil mengurusnya dan tanpa mengganggu aktivitas dakwahnya.
Bagaimana dengan kita?
Pernahkah kita ingin merasakan seperti mereka?
Sudahkah kita berniat dan berusaha untuk menjadi seperti mereka ataupun lebih baik lagi?
Pernahkah kita memberanikan diri untuk melakukan seperti apa yang mereka lakukan?
02 September 2009
MINDER BERAT
Andrew Elliot merasa minder berat, karena walaupun sudah lebih dari 25 tahun lulus dari univerversitas bergengsi Harvard, tetapi kenyataannya tetap saja belum bisa memiliki apapun juga yang bisa ia banggakan. Hal inilah yang membuat dia jadi takut setengah mati untuk menghadiri pesta reuni teman-teman sekelasnya.
Betapa tidak, matan teman sekamarnya saja sudah menjadi calon menteri luar negeri, yang satunya jadi dekan, bahkan seorang lagi yang dahulunya dicemohkan dan diremehkan telah mencapai puncak prestari sebagai pemain pianis yang kesohor. Hal inilah yang membuat ia merasa gagal total dan minder berat untuk menghadiri acara pesta reuni tersebut. Bahkan kalau ia jujur, ia merasa iri melihat kesuksesan dari teman-teman sekelasnya.
Hal tersebut diatas inilah yang diceritakan dalam Novel -The Class- hasil karya dari Erich Segal. Walaupun demikian di akhir cerita, akhirnya ia mengetahui bahwa apa yang ia lihat diluarnya tidaklah sebaik dan seindah seperti yang diduga oleh kebanyakan orang. Ternyata mereka juga memiliki riwayat yang tragis maupun kegagalan-kegagalan lainnya yang tidak terlihat oleh orang luar. Masalahnya yang kita lihat hanya mobil mewah maupun gedungnya saja yang mentereng maupun karier jabatannya.
Misalnya dalam kehidupan sang pemain pianis; kehidupannya tidaklah semanis seperti kariernya. Ia kecanduan obat-obatan, bahkan akhirnya salah satu tangannya mengalami disfungsi motoris sehingga tidak bisa ia kendalikan lagi. Sedangkan temannya yang menjadi politikus di gedung putih tidak mampu mempertahankan perkawinannya sehingga akhirnya ia bunuh diri.
Tidak bisa dipungkiri bahwa secara langsung atau tidak langsung, kita sendiri sering mengajukan pertanyaan: Kenapa ia lebih sukses di dalam kehidupannya daripada saya? Bahkan seringkali pula kita disindir agar mau melihat keatas "Lihat tuh tetangga kita; mereka sudah punya mobil BMW, sedang Loe masih tetap azah naik angkot! Apakah kagak malu!"
Disamping itu hampir setiap jam kita di jejali dengan film-film sinetron dimana kehidupan glamour dan mewah sudah merupakan thema utama dari film-film tersebut. Kesuksesan manusia sekarang ini hanya diukur melalui harta atau jabatan yang mereka miliki. Dimana Loe kere dan tidak memiliki jabatan berarti Loe ini Mr Nobody!
Memang sudah merupakan fakta nyata, bahwa pada saat kita terpuruk, secara langsung atau tidak langsung akan timbul pertanyaan: "Kenapa hidup Gw jadi begini? Dimana letak kesalahan Gw? Kenapa Tuhan lebih memberkati orang kapir dan para koruptor daripada Gw? Sehingga boro-boro bisa beli Nasi Goreng udah bisa makan siang Nasi GOCENG (lim ribu) azah udah bagus!
Beda dengan Prabowo Subianto dimana konon nilai harga kudanya saja sudah mencapai tiga miliar per ekor. Ia memiliki 84 ekor kuda silahkan hitung sendiri, baru nilai harga kudanya saja sudah berapa? (sumber Kompas) Sedang Gw terkadang untuk biaya angkot tiga ribu saja kagak punya.
Pertama perlu diketahui walaupun kita bisa mengetahui, bahwa harta kekayaan dari Prabowo itu Rp 1,7 triliun, hal ini tetap tidak akan bisa merubah nasib kita. Uang Prabowo bukanlah uang saya, nasib dia bukanlah nasib saya. Maka dari itu saya selalu berusaha untuk mensyukuri dengan apa yang saya miliki dan dapatkan.
Berkat dan anugerah yang paling indah yang saya dapatkan setiap hari ialah dimana saya masih diberi kesempatan untuk dapat menikmati matahari dipagi hari. Berapa juta orang di dunia ini yang setiap harinya berdoa dan mengharapkan agar mereka masih bisa diberikan kesempatan untuk hidup satu hari lebih lama lagi, karena mereka berada dalam keadaan sekarat! Percayalah berkat ini ada jauh lebih indah dan tidak bisa dinilai dengan uang maupun jabatan sehebat dan setinggi apapun juga.
*) Mang Ucup
19 Agustus 2009
BUKU TABUNGAN
Priyo menikah dengan Ita. Pada pesta pernikahan,ibu Priyo memberinya sebuah buku tabungan. Di dalamnya berisi tabungan sejumlah Rp 2.460.000. Dia berkata, "Priyo, terimalah buku tabungan ini. Gunakan sebagai buku catatan dari kehidupan pernikahanmu. Jika ada satu peristiwa bahagia atau yang bisa dikenang, masukkan
sejumlah uang tabungan di dalamnya. Tulis kejadian yang kamu alami di baris
catatan yang ada di sampingnya. Semakin besar kenangan terhadap peristiwa itu, masukkan uang tabungan yang lebih besar. Ibu sudah melakukan di awal pernikahanmu ini.. Lakukan selanjutnya bersama Ita. Saat kamu melihat kembali tahun-tahun yang telah berlalu,kamu akan mengetahui betapa bahagianya kehidupan pernikahan yang
kamu miliki."
Priyo memberitahukan hal ini kepada Ita setelah pesta usai. Mereka berdua setuju bahwa ini adalah ide yang sangat bagus dan mereka tidak sabar menanti saatnya untuk memasukkan tambahan uang tabungan ke dalam buku itu.
Ini yang mereka lakukan setelah beberapa waktu :
7 Februari : Rp 240.600, perayaan ultah pertama untuk Ita setelah menikah.
1 Maret : Rp 730.800, gaji Priyo naik
20 Maret : Rp 490.200, berlibur ke Bali
15 April : Rp 492.000, Ita hamil
1 Juni : Rp 246.000, Ita dipromosikan ... dan seterusnya ...
Akan tetapi setelah beberapa tahun berlalu, mereka mulai beradu pendapat dan bertengkar untuk hal-hal yang sepele. Mereka saling diam.
Mereka menyesal telah menikahi orang yang paling buruk di dunia ...
tidak ada lagi cinta ... sesuatu yang sangat tipikal di masa ini.
Suatu hari Priyo berkata pada ibunya, "Ibu, kami tidak bisa bertahan lagi. Kami setuju untuk bercerai. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana saya telah memutuskan menikah dengan orang ini!"
Ibunya menjawab, "Baiklah, apa pun yang kamu ingin kerjakan kalau sudah tidak bisa bertahan. Tetapi sebelum kamu melangkah lebih jauh, tolong lakukan hal ini. Ingat buku tabungan yang ibu berikan saat pesta pernikahan kalian? Ambil semua uangnya dan belanjakan sampai habis. Kamu tidak bisa terus menyimpan catatan di buku tabungan
itu untuk sebuah pernikahan yang buruk."
Priyo berpikir bahwa itu benar. Jadi dia pergi ke bank, menunggu di antrian dan berencana menutup buku tabungan itu. Ketika menunggu, dia melihat catatan yang ada di buku tabungan di tangannya. Dia melihat,melihat, dan melihat. Kemudian ingatan akan semua kebahagiaan dan sukacita di masa-masa yang telah lewat muncul kembali di
pikirannya.
Air mata menggenang dan berurai di pipinya. Kemudian dia bergegas meninggalkan bank dan pulang.
Ketika sampai di rumah, Priyo memberikan buku tabungan itu pada Ita, dan memintanya untuk memasukkan sejumlah uang ke tabungan itu sebelum mereka bercerai.
Hari esoknya,Ita mengembalikan buku tabungan itu pada Priyo. Dia menemukan tambahan
tabungan sebesar Rp 1.230.000 dengan catatan di dalam buku tabungan: "Ini adalah hari dimana saya menyadari betapa saya mencintaimu sepanjang tahun-tahun yang telah kita lewati. Betapa besar kebahagiaan telah kamu bawa untukku" Mereka berdua berpelukan dan menangis, dan meletakkan
buku tabungan itu kembali ditempat semula.
Anda tahu berapa uang yang terkumpul saat mereka pensiun? Saya tidak bertanya pada mereka. Saya percaya uang bukan masalah lagi setelah mereka berhasil melalui tahun-tahun yang indah di sepanjang kehidupan pernikahan mereka.
* * * * *
"Saat engkau jatuh, jangan melihat tempat di mana kamu jatuh, Bangkitlah ! lihatlah
tempat di mana kamu mulanya tergelincir. Karena hidup adalah rangkaian kegiatan memperbaiki kesalahan"
Saya Penuh Jasa dan Kebaikan
Semakin kita sering menganggap diri penuh jasa dan penuh kebaikan pada orang lain, lalu berharap agar orang lain menghargai, memuji, dan membalasnya, maka semua ini berarti kita sedang membangun penjara untuk diri sendiri dan sedang mempersiapkan diri mengarungi samudera kekecewaan dan sakit hati. Ketahuilah bahwa semakin banyak kita berharap sesuatu dari selain Allah SWT, maka semakin banyak kita akan mengalami kekecewaan. Karena, tiada sesuatu apapun yang dapat terjadi tanpa ijin Allah.
Sesudah mati-matian berharap dihargai makhluk dan Allah tidak menggerakkan orang untuk menghargai, maka hati ini akan terluka dan terkecewakan karena kita terlalu banyak berharap kepada makhluk.
Belum lagi kerugian di akhirat karena amal yang dilakukan berarti tidak tulus dan tidak ikhlas, yaitu beramal bukan karena Allah. Selayaknya kita menyadari bahwa yang namanya jasa atau kebaikan kita terhadap orang lain, sesungguhnya bukanlah kita berjasa melainkan Allah-lah yang berbuat, dan kita dipilih menjadi jalan kebaikan Allah itu berwujud. Sesungguhnya terpilih menjadi jalan saja sudah lebih dari cukup karena andaikata Allah menghendaki kebaikan itu dapat terwujud melalui orang lain maka kita tidak akan mendapat pahalanya.
Tidak selayaknya seorang ibu menceritakan jasanya mulai dari mengandung, melahirkan, mendidik, membiayai, dan lain-lain semata-mata untuk membuat sang anak merasa berhutang budi. Sesungguhnya sang anak sama sekali tidak memesan untuk dilahirkan oleh ibu, juga semua yang ibunya lakukan itu adalah sudah menjadi kewajiban seorang ibu. Percayalah bahwa kemuliaan dan kehormatan serta kewibawaan seorang ibu justru akan bersinar-sinar seiring dengan ketulusan ibu menjalani tugas ini dengan baik. Allah-lah yang akan menghujamkan rasa cinta di hati anak-anak dan menuntunnya untuk sanggup berbalas budi.
Seorang karyawan juga harus bisa menahan diri dari ujub dan merasa berjasa terhadap usahanya. Karena memang kewajibannya untuk bekerja dengan baik dan tulus. Kita boleh bercerita tentang suka duka dan keutamaan bekerja dengan niat bersyukur bukan ujub dan takabur. Perlu lebih hati-hati menjaga lintasan hati dan lebih menahan diri akan menggelincirkan diri dalam riya dan dosa.
Karena sesungguhnya tanpa kita sadari kesuksesan kita kerapkali terkait dengan hasil kerja keras orang lain, nah apakah kita masih pantas untuk takabur dan membanggakan diri?
Andaikata ada sebuah mobil yang mogok lalu kita membantu mendorongnya sehingga mesinnya hidup dan bisa jalan dengan baik, namun ternyata sang supir sama sekali tidak berterima kasih, bahkan menengok ke arah kita pun tidak sama sekali. Andaikata kita merasa kecewa dan dirugikan lalu dilanjutkan dengan acara menggerutu, menyumpahi, lalu menyesali diri plus memaki sang supir. Maka lengkaplah kerugiannya lahir maupun batin. Dan tentu saja amal pun jadi tidak berpahala dalam pandangan Allah karena tidak ikhlas yaitu hanya berharap balasan dari makhluk. Seharusnya yang kita yakini sebagai rizki dan keberuntungan kita adalah takdir diri ini diijinkan Allah bisa mendorong mobil. Silakan bayangkan andaikata ada mobil yang mogok dan kita tidak mengetahuinya atau kita sedang sakit tidak berdaya, niscaya kita tidak mendapat kesempatan beramal dengan mendorong mobil.
Sahabat, seringkali kita merasa paling berperan ketika acara atau kegiatan yang kita selenggarakan berlangsung sukses. Maka ketahuilah, saat lintasan hati itu timbul, saat itu pulalan amal yang kita tanam mulai terbakar habis hingga tak bersisa. Mari kita bersungguh-sungguh untuk terus berbuat amal kebajikan sebanyak dan sesegera mungkin. Setelah itu mari kita lupakan seakan kita tidak pernah melakukannya, cukuplah Allah yang Maha Melihat saja yang mengetahuinya. Allah SWT pasti menyaksikannya dengan sempurna dan membalasnya dengan balasan yang sangat tepat baik waktu, bentuk, ataupun momentumnya.
Kita adalah manusia yang dhaif. Seringkali tanpa disengaja maupun jelas-jelas disengaja muncul lintasan hati yang membangga-banggakan diri sendiri sebagai orang yang paling berperan dalam suatu hal. astagfirullah.
13 Agustus 2009
Balada Sang Merah Putih
Kek, lihatlah bendera negeriku
Merahnya, sudah pada luntur
Putihnya, sudah pada kabur…
Belikan aku kesumba, tuk mencelupnya
Belikan aku pemutih, tuk merendamnya…
Kek, lihatlah bendera yang tegak
Merahnya bergincu, putihnya berbedak…
Cucuku, dengarlah…
Itu merah bukan merah kesumba
Tapi, merahnya darah darah pahlawan
Itu putih bukan pemutih
Tapi, putihnya hati hati pejuang
Tak pula bergincu yang di tube kepalsuan
Tak pula berbedak yang disapuh kemunafikan…
Kakek, aku ingin melihat bendera negeriku
Semerah darah dan seputih melati
Bersulam benang-benang keikhlasan
Bersuci mata air, air mata kesabaran
Wahai… Bendera negeriku…!
Teruslah berkibar menjilat matahari…
Sejarah adalah saksi abadi
*) Ras Navastara
04 Agustus 2009
Belajar Dari Mbah Surip
Dilahirkan di Mojokerto, 5 Mei 1949 dengan nama asli Urip Achmad Rijanto Soekotjo adalah duda dengan empat orang anak sekaligus kakek dari empat cucu.
Mbah Surip merupakan lulusan dari Sekolah Teknik (ST) Pasna Wiyata pada 1974 dan lulus dari STM Brawijaya pada 1977. Ia juga sempat menlajutkan pendidikannya ke Teknik Mesin Universitas Sunan Giri Cabang Mojokerto pada 1979.
Kelar menyelesaikan kuliahnya, Mbah Surip menikah dengan Minuk Sulistyowati. Dari pernikahannya ini, ia dikaruniai 4 orang anak, Tita (Prita), Farid (kini menjadi manager Mbah Surip di Jakarta), Krisna (Nina) dan Ivo (masih kuliah semester 2 di jurusan Satra Jepang Unesa).
Sebelum menjadi seniman, Mbah Surip menjalani berbagai macam profesi. Mulai pekerjaan di bidang pengeboran minyak, tambang berlian bahkan lelaki yang memiliki gelar Drs, Insinyur dan MBA ini pernah mengadu nasib di luar negeri seperti Kanada, Texas, Yordania, dan California.
Karena ingin mengadu nasibnya, akhirnya Mbah Surip hijrah ke Jakarta. Ia kemudian bergabung dengan komunitas seniman, sebut saja Teguh Karya, Aquila, Bulungan, dan Taman Ismail Marzuki.
Karena terlalu lama merantau, akhirnya sang istri meminta cerai. Dan Minuk pun menikah lagi. Sedang Mbah Surip memilih tetap menjadi duda.
Kesempatan pun datang kepada seniman yang pernah menerima penghargaan dari MURI untuk aksi menyanyi terlama ini. Ia mendapat kesempatan masuk ke studio rekaman.
Dalam perjalanan bermusiknya, ia telah mengeluarkan beberapa album yang dimulainya sejak 1997. Beberapa albumnya antara lain, IJO ROYO-ROYO (1997), INDONESIA I (1998), REFORMASI (1998), TAK GENDONG (2003) dan BARANG BARU (2004).
Tak Gendong sendiri ia ciptakan pada 1983 saat Mbah Surip bekerja di Amerika Serikat. Menurut Mbah Surip lagu ini memiliki makna filosofi tersendiri, yakni belajar hidup bergotong-royong.
Pada hari Selasa, 4 Agustus 2009, Mbah Surip meninggal. Menurut kabar yang beredar, Mbah Surip yang kerap mengatakan 'I Love You Full' ini menghembuskan nafas terakhir sekitar pukul 10.30 wib, setelah sebelumnya sempat dilarikan ke RS Pusdikkes, Jakarta Timur.
Mbah Surip meninggal dengan status duda yang telah disandangnya selama 26 tahun dan meninggalkan empat anak dan empat cucu. Jenazahnya akhirnya dimakamkan di di kawasan Bengkel Teater W.S Rendra , Depok, Jawa Barat untuk beristirahat selama-lamanya.
Belajar dari Mbah Surip adalah belajar tentang hidup sederhana, iklas tanpa pamrih. Mbah mengajarkan kita untuk terus-menerus berkreasi, bekerja dan memberi manfaat bagi sesama. Ia jarang mengeluh, selalu menebar senyum dan kebahagiaan.
Mbah Surip mengajarkan kita tentang hidup sederhana, tidak silau oleh kekayaan dunia walau banyak harta baginya lebih baik kaya hati dibandingkan kaya harta. Mbah diberikan mobil tapi lebih suka mengendarai motor agar lebih cepat sampai ketujuan.
Ia tak ingin mengecewakan orang yang mengundangnya dan selalu datang tepat waktu.
Mbah Surip mengajarkan kepada kita bahwa hidup harus bergotong-royong, saling membantu dan mengembangkan silahturahmi.
Mbah Surip adalah contoh Manusia Indonesia Sesungguhnya yang patut kita tiru. Kecintaannya terhadap semua manusia tanpa memandang ras melebihi kecintaannya terhadap harta.
I love You Full Mbah Surip...
Selamat jalan Pejuang Kehidupan,
Senyum dan Tawamu selalu dihati,
Mengalir tanpa keluhan,
dalam Keikhlasan,
dalam diam ditengah keramaian,
Selamat Jalan Mbah Surip....
Semoga tidur tenangmu membawa kebahagiaan,
Hadirmu telah menginspirasi jutaan manusia untuk hidup sederhana
dan senantiasa selalu bersyukur kepada Tuhan YME.
03 Agustus 2009
Percaya dan Yakin
Ada seorang anak kecil yang sedang bermain-main memanjat sebuah pohon. Karena hari sudah sore, dia ditinggalkan oleh teman-temannya sendiri. Sementara dia tidak berani turun dari pohon itu. Semakin malam semakin gelap gulita. Sehingga bawah pohon tidak dapat terlihat lagi oleh Si Anak tersebut.
Orang tua anak itu mencari-cari, hingga tahu dapat kabar dari teman-temannya anak tadi, bahwa dia telah ditinggalkan di pohon pinggir desa. Bapak dan ibunya, menjadi gelisah dan segera menyusul Si Anak tadi.
Sesampai di pinggiran desa, dan sudah berada di dekat pohon itu, Sang Bapak memanggil anaknya. Dan disahut oleh anaknya. Lalu Sang Bapak dari bawah melihat dengan cukup jelas anaknya walau cukup gelap.
“Ayo nak lompat turun, Bapak akan menangkapmu!” pinta Sang Bapak.
“Kamu akan selamat, lompatlah.. Bapak bersiap di bawah untuk menagkapmu, kamu pasti akan selamat!”.
Rupanya Si Anak tadi merasa ragu, seolah TIDAK YAKIN kalau akan selamat sampai bawah dengan ditangkap bapaknya. Dia PERCAYA sekali kalau di bawah bapaknya sudah menunggu. Jangan-jangan nanti pas lompat, tidak ditangkap bapaknya, bukankah selama ini sering ‘nakal’ terhadap orang tua. Jangan-jangan bapaknya mau memberikan hukuman atau pelajaran karena dia yang tidak patuh.
Padahal dalam benak bapaknya, benar-benar akan menolong anaknya. Tidak ada maksud lain. Kalau suatu saat kadang menegurpun, karena bapak tersebut sayang kepada anaknya.
“Yakinlah Nak, kamu akan selamat, Bapakmu sudah bersiap menangkapmu!”, Sang Ibu turut meyakinkan.
Akhirnya hati Sang Anak mulai tumbuh keyakinan. Ya, kalau lompat akan ditangkap oleh bapaknya dan selamat. Setelah merasa yakin sekali, walau tidak melihat bapaknya di bawah, akhirnya dia putuskan untuk melompat.
Ada dua pilihan baginya, lompat dan selamat karena yakin akan ditolong oleh bapaknya atau berdiam diri di atas pohon, hingga pagi. Akhir cerita anak tadi selamat ditangkap oleh bapaknya.
Karena anak tadi Percaya dan Yakin kalau bapaknya ada dibawah pohon dan akan menangkap dia, saat melompat turun. Sekali lagi anak itu PERCAYA dan YAKIN.
Dalam Surat Al Mukmin Ayat 60, Dan Allah SWT berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu ", memberikan sebuah janji yang datangnya dari Allah SWT secara langsung. Apa yang kita ajukan dalam doa akan diperkenankan. Itu karena Allah SWT Maha Pengasih.
Kita percaya, namun apakah sudah meyakininya. Kita simak uraian cerita anak tadi.
Si Anak, percaya kalau ada bapaknya dibawah pohon, karena dia sudah mendengar suaranya, walau tidak melihat orangnya. Bahkan ada ibunya pula. Kita percaya dengan Allah SWT, karena bisa melihat banyak bukti atas keberadaanNya. Baik itu berupa diri kita sendiri, alam sekitar, banyak kejadian, dll.
Si Anak, merasa ragu karena dia merasa bukan anak yang taat dan patuh kepada orang tuanya. Kuatir tidak ditolong dan tidak selamat. Kita seringkali merasa ragu dengan pertolongan Allah SWT karena kita juga sering melanggar larangan dan tak mematuhi perintah-Nya. Kadang terkikis imannya, sehingga malas beribadah. Atau kadang tebal imannya sehingga sangat dekat dengan Allah SWT, namun hanya sesekali saja. Keraguan itu sendiri jelas-jelas penyebabnya kita sendiri.
Setelah sekian waktu merasa ragu, mulai anak tadi merasa yakin karena dibantu diyakinkan oleh ibunya. Dan pada saat benar-benar merasa yakin, dia putuskan memilih untuk lompat turun. Bapaknya pasti akan menangkap dan akan selamat sampai bawah.
Kita bisa benar-benar percaya karena memang bukti yang nyata dan kasat mata juga sangat banyak. Sementara merasa yakin ada dalam hati kita. Keraguan juga timbul dalam hati kita. Saat kita merasa berlaku kufur, maka keraguan akan otomatis muncul. Saat dekat sekali dan iman sedang tebal, maka keyakinan juga tumbuh dengan sendirinya.
Percaya dan Yakin, adalah suatu pilihan, mana yang akan kita pilih. Melakukan yang membuat keyakinan semakin kuat atau sebaliknya.
Langganan:
Postingan (Atom)